Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Di zaman yang semakin berkembang, mobilitas penduduk akan semakin tinggi sehingga kebutuhan akan transportasi menjadi semakin hal ini menandakan sebuah kemajuan dalam bidang ekonomi, namun ternyata perkembangan sektor transportasi malah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan. Hal ini karena dengan meningkatnya penggunaan alat transportasi maka meningkat pula polusi yang terjadi di dari asap yang dihasilkan oleh kendaraan berupa kandungan karbon dioksida, karbon monoksida, sulfur dioksida, nitrogen oksida, serta partikel SPM, dimana zat-zat polutan tersebut bisa berdampak buruk terhadap kesehatan serta lingkungan. Misalnya gas karbon monoksida yang dapat menyebabkan kematian bagi orang yang menghirupnya, dalam beberapa kasus telah banyak orang yang meninggal akibat tertidur dalam mobil menyala yang kacanya tertutup rapat. Gas lain seperti karbon dioksida merupakan salah satu penyebab terjadinya global warming sedangkan sulfur dioksida dan nitrogen oksida merupakan penyebab terjadinya hujan tetapi, komitmen pemerintah untuk mengatasi kemacetan di Jalan Raya serta polusi udara masih sangat rendah. Salah satu kebijakan pemerintah di Jakarta memberlakukan sebuah peraturan bahwasannya kendaraan yang mempunyai nomor polisi antara ganjil dan genap yang melintas di jalan Raya harus di sesuaikan. Seperti contoh hari Senin untuk kendaraan ber-Nomor polisi ganjil dan Hari Selasa untuk kendaraan ber-Nomor polisi genap. Akan tetapi usaha yang di lakukan oleh pemerintah dan polisi sepertinya tidak berjalan dengan maksimal, hal itu bisa dilihat dari keseharian masyarakat yang masih tidak mematuhi aturan tersebut yang telah diberlakukan oleh pihak pemerintah dan aparat kepolisian. Padahal barang siapa yang melanggar aturan tersebut akan di kenakan sanksi, meskipun demikain tidak sedikit masyarakat yang masih melakukan pelanggaran dan mengabaikan sanksi , dan disamping itu karena memadainya alat transportasi menjadi salah satu penyebab maraknya polusi dijalan raya sehingga menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia melalui berbagai cara antara lain dengan merangsang timbulnya atau sebagai faktor penyebab sejumlah penyakit dan dari itu tidak sedikit kelompok yang terkena polusi yang biasanya seringkali dialami terutama bayi yang sangat rentan dengan penyakit, Orang Lanjut Usia dan Golongan orang yang berpenghasilan rendah yang biasanya tinggal di kota kota besar dengan kondisi dan lingkungan yang kurang mengatasi dari dampak polusi udara yang ada di Jalan raya yaitu dengan cara melakukan tindak penghijauan terutama di daerah daerah industri dan perkotaan. Karena dapat mengurangi polusi-polusi yang disebabkan alat transportasi atau semacamnya dengan cara diserap oleh tumbuhan tumbuhan dari hasil penghijauan tersebut. Demikian pula dengan debu debu yang berterbangan diudara bila bersentuhan dengan daun daunan akan lengket pada daun dan ketika hujan turun debu yang lengket di dedaunan akan dibawa oleh air hujan kemudian jatuh demikian penghijauan dapat pula bertujuan untuk mengurangi debu debu yang berterbangan diudara, oleh karena itu dengan cara melakukan penghijauan diberbagai daerah akan menjadi salah satu solusi yang tepat untuk mengurangi polusi yang terjadi di berbagai daerah .[1] [1] Gunawan, Nanny Kusminingrum, Polusi Udara, Bandung, 2008, 5. Lihat Inovasi Selengkapnya